Selasa, 20 Juni 2017

Resign Tapi Belum Dapat Kerja Baru

Resign Tapi Belum Dapat Kerja Baru

Resign Tapi Belum Dapat Kerja Baru - Tak tahu, ada maksud apa gue menginginkan menuliskan ini. Namun, yang terutama untuk gue yaitu memutuskan itu yaitu sistem, bukanlah hasil. Kita banyak belajar dari beberapa ketentuan yang salah jadi benar, kita belajar dari ketentuan yang pas dari kehati-hatian.

Ini yaitu ketentuan yang harusnya tidak salah serta tidak benar, gue ngerasa di umur yang muda ini gue mesti banyak memutuskan supaya gue tau, makin banyak ketentuan itu yang salah gue mesti waspada untuk nantinya supaya tidak terulang kembali kekeliruan itu. Persisnya, tanggal, 19 Agustus 2013 tempo hari, gue memutuskan untuk resign dari tempat yang sampai kini banyak mengambil alih saat gue dari tempat tinggal, tempat di mana gue mesti miliki keluarga baru, tempat di mana gue menginginkan selalu belajar dari bebrapa pembicaraan dengan orang baru, serta tempat di mana gue dapat terima uang tiap-tiap bulannya. Yak, gue resign dari kantor. Ini bukanlah ketentuan yang cepat. Gue memperhitungkan untuk resign bebrapa masak, dari bln. November 2012 namun gue masih tetap sangsi untuk ambillah ketentuan itu " Cobalah deh enam bln. sekali lagi, bln. mei " Keinginan resign bln. novemnber begitu menggelora, ketika itu gue miliki problem dengan atasan gue dikarenakan gue diamanatin untuk mengurusi dokumen namun gue ceroboh, gue tinggalin kerjaan itu ke Bandung. Walau sebenarnya dihari yang sama gue ada kerjaan dengan film pendek LDR serta hari itu itu juga hari Minggu, hari libur. Lumrah dong bila gue ke Bandung, toh kerjaan itu gue masih tetap belum juga tahu seutuhnya yang beliau beri ke gue, pada akhirnya gue tetep ke Bandung ke tempat syuting film yang gue produserin itu. Hingga sekarang ini juga gue serta atasan gue masih tetap keduanya sama berlaku dingin.

Enam bln. dari bln. november, gue gajian dari buku namun gue masih tetap ngerasa ah belum juga waktunya nih gue resign dari kantor, ketika itu juga gue sekali lagi ngerjain Novel LDR yang gue janjikan ke Edo, editor bukune. Serta buku itu tidak rampung satu bab juga. Karna bercabangnya fikiran dengan kerjaan di kantor yang ketika itu tengah repot UAS, serta banyak yang lain yang tentu gue sangat repot dengan diri gue. " Cobalah deh setelah lebaran saja resign-nya " Oiya, gue kerja dibagian Administrasi di Universitas gue kuliah.

***

Libur lebaran juga sudah habis, serta saatnya kembali pada kegiatan kantor seperti umum. Gue masih tetap berat-berat untuk meninggalkan tempat ini " Yah, minggu depan gue telah tidak duduk di sini sekali lagi deh " yang dirasakan itu keluar dari hati gue yang terdalam, pada hari jumat tanggal 19 Agustus 2013. Gue banyak belajar dari kantor ini di sini gue dapat ngelatih emosi gue pada resek-nya mahasiswa-mahasiswa yang bila ngomong ya sesukanya serta gue bales juga sesuka gue serta kadang-kadang menyebabkan problem baru, engga apa-apa ngelatih sabar. Walau pengalaman di sini tidak sebagus gue melatih kedewasaan waktu gue kerja di Priok th. 2009 hingga 2011. Namun paling tidak buku-buku LDR tumbuh di kantor ini, gue seringkali nyuri-nyuri saat untuk ngetwit di akun LDR, disela-sela istirahat kerja atau bila sekali lagi tidak ada kerjaan gue promo buku, sempat mikir rencana baru untuk tulisan di Situs (blog), yang tentu twitter banyak mengambil alih saat gue di kantor, serta selanjutnya banyak pula orang kantor yang kurang tidak sukai dengan keprofessional kemampuan gue, banyak yang ngomong di belakang, banyak yang semangat bila ada traktiran cocok gue gajian dari buku " Fake smile ".

Ada hal yang paling berat waktu gue juga akan katakan bila gue ingin resign, gue mesti ngomong dengan kepala HRD Stikom, beliau juga yang masukin gue kerja disini. yak, kepala HRD itu orang yang tidak jauh dari gue, beliau Om gue, adik dari nyokap, orang yang nyekolahin gue waktu gue pesantren di Serang, telah berapakah banyak kebaikan yang beliau beri ke gue serta keluarga gue serta itu tidak keitung, argumen mengapa gue lama memperhitungkan untuk resign yaitu karna beliau, gue tidak ingin ngecewain untuk yang beberapa kalinya. Saat juga jalan " Telah saatnya gue mesti katakan serta ngadep ke om gue sendiri untuk ngomongin derign " Gue masuk ke ruang beliau sembari bawa surat resign serta lampiran yang lain yakni lembar laporan penjualan buku dan hasil royalti, supaya gue miliki argumen kuat, gue ingin konsentrasi menulis bila dari menulis pendapatannya telah memenuhi bukanlah karenanya saja, gue telah tidak sangat konsentrasi ngantor banyak rekanan di sini yang sepertinya telah tidak nganggep kehadiran gue karna gue sangat repot twitteran serta ngetik naskah-naskah di situs (blog) serta di buku, ya walau sebenarnya gue dapat menyisihkan saat menulis pada malam hari, hal yang lain sekali lagi yaitu gue ngerasa di sini telah seperti bukanlah keluarga sekali lagi, saat kerja di Priok dahulu, seringkali banget dapet suntikan semangat kerja dari rekanan kerja nyaris sehari-hari, namun di kantor ini gue ngerasa diem-dieman tambah baik daripada kita terlibat perbincangan hangat sembari ngopi (ini rutinitas cocok gue kerja di Priok). Serta pembicaraan dengan om gue waktu itu yaitu pembicaraan yang tidak juga akan gue lupain seumur hidup, pada dasarnya " Menulis itu kan profesi informal, toh bila anda ingin konsentrasi di sana serta ingin bener-bener kembangin ya engga apa-apa, namun inget bila anda ingin kerja yang resmi, satu waktu anda perlu yang namanya ijazah S1, bila dapat anda lanjutin kuliahnya terserah ingin di Stikom atau ingin di Bandung kan di sana banyak universitas yang tambah baik di sini " Untuk gue, om gue yang satu ini telah seperti orangtua sendiri, beliau sukai kasih beberapa saran yang gue sendiri akan mikir sampai ketemu pemecahannya, yang semula gue telah tidak nafsu untuk lanjut kuliah sesudah pembicaraan barusan. pada akhirnya gue niatkan kembali lanjut kuliah, namun gue belum juga nentuin saat persisnya, yang tentu sesudah masalah adik-adik gue serta orang tempat tinggal telah agak mendingan.

*** resign sebelum dapat kerja baru


" Jadi, ngerasa nyesel tidak, resign dari kantor serta jadi Pengangguran? " Pembicaraan itu keluar waktu gue kumpul bareng kawan-kawan dirumah, pada intinya ketentuan gue resign itu tidaklah ketentuan yang tergesa-gesa, hingga sekarang ini gue berasa gue telah seperti melepas beban beberapa puluh kilo dalam desakan hidup gue, gue hindari beberapa orang yang mengucilkan gue, beberapa orang yang sampai kini tidak mensupport gue, beberapa orang yang iri dengan perolehan gue sekarang ini. Bukanlah gue tidak kuat dengan beberapa orang itu, tetapi gue tidak ingin hidup dalam ruangan yang sampai kini manusianya saja palsu, dimuka baik-baik saja di belakang ngomongin yang engga-engga, dasarnya ke sana, lagian untuk apa menjaga suatu hal yang pada intinya saja lo tidak nyaman?

Untuk gue, hidup ini telah sangat kejam untuk mengambil langkah. Sebaiknya gue ngejalanin yang untuk gue ini begitu nyaman, serta disyukuri. Gue yakin langkah yang hati-hati juga akan menyebabkan jalan keluar yang mengasyikkan. Walau gue orangnya sukai tergesa-gesa namun gue senantiasa yakin tiap-tiap ketentuan yang salah senantiasa memberi pelajaran serta perjalanan yang mengasyikkan walau awal mulanya itu menyakitkan, kita masih tetap muda serta banyak jalan yang Tuhan tentuin untuk kita lakoni dengan gagasan kita atau tidak yang tentu semuanya yaitu pelajaran.

Selamat Mengambil langkah!

resign dari bank
ingin resign dari pekerjaan
resign karena tidak betah
resign tanpa pekerjaan pengganti
saya ingin resign
resign tapi belum dapat kerja baru
resign kerja mendadak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar